3 Paradigma Pendidikan Pesantren

3 Paradigma Pendidikan Pesantren

Berbicara tentang pendidikan, pastilah sangat luas pembahasannya. Namun dalam tulisan ini kita hanya akan membahas paradigma dalam pendidikan yang ada kaitannya dengan boarding school dan pesantren.

Definisi Paradigma menurut kamus ilmiah populer adalah model dalam teori ilmu pengetahuan yakni kerangka berpikir. Paradigma dianalogikan sebagai sebuah jendela kaca tempat manusia untuk melihat keluar ruangan. Jika jendela kita terpasang tepat, kacanya selalu terawat dengan bersih maka apa yang kita lihat di luar jendela itu akan terlihat dengan jelas, tetapi apabila jendela kaca tersebut tidak terawat dengan baik maka apa yang kita lihat diluar akan terlihat samar bahkan kabur sama sekali.

Fokus dari ilmu Paradigma adalah mempelajari bagaimana manusia berpikir, ber opini, ataupun melihat hal ihwal dari sudut pandangnya. Manusia tidak bisa terlepas dari ruang lingkup paradigma, karena paradigma tersebut yang menyertai manusia dalam setiap gerak langkah, memutuskan suatu keputusan maupun merespon segala sesuatu yang terjadi di komunitasnya dan di sekitar lingkungannya.

Paradigma pendidikan adalah suatu cara memandang dan memahami pendidikan dari sudut pandang kita, cara mengamati dan memahami masalah-masalah pendidikan yang dihadapi dan mencari cara untuk mengatasi permasalahannya.

Berikut adalah beberapa pola paradigma pendidikan boarding school dan pesantren, yaitu:

1. Paradigma Behavioristik

Menekankan faktor eksternal sebagai suatu penentu efektivitas pembelajaran, strategi pembelajaran difokuskan kepada upaya menyediakan faktor eksternal yang positif dan kondusif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pesantren dalam hal ini menerapkan Pendidikan tanggung jawab dan belajar dari lingkungan sekitar, sehingga santrinya kelak memiliki skill yang mumpuni.

2. Paradigma Konstruktivistik

Menegaskan pembelajaran hanya akan efektif jika ada dorongan instrinsik dari siswa, strategi pembelajarannya difokuskan pada aktivitas dan inisiatif siswa. Boarding school sangat menitik beratkan pada karakter kedisiplinan dan kemandiriannya, sehingga mereka para santri telah terbiasa dengan ritme waktu dan kegiatan yang sangat padat.

3. Paradigma Sosial Kognitif

Merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa individu atau siswa dengan sistem pengetahuan yang dimilikinya selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, strategi pembelajaran ini lebih difokuskan kepada dialog individu dengan dunia atau struktur sekitarnya. Kegiatan boarding school dan pesantren berupa pengabdian ke masyarakat dan kegiatan bakti sosial sangat membantu proses pembentukan sosial kognitif.

Tahapan perkembangan atau perubahan dalam paradigma pendidikan dalam sistem pemerintahan di Indonesia di era reformasi adalah perubahan paradigma pemerintahan sentralisasi yang ketat menjadi sentralisasi terbatas yang dikenal dengan otonomi daerah, yang bermakna bahwa pemerintahan daerah memiliki otonomi daerah yang luas untuk membangun daerahnya dalam berbagai kehidupan termasuk bidang pendidikan, dimana sistem pendidikan nasional yang selama ini dilaksanakan secara sentralisasi dengan paradigma pemerintahan otonomi daerah masing-masing.

Indonesia memiliki sistem pendidikan yaitu sistem pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan bangsa dan mewujudkan tujuan nasional.

Sekolah boarding school dan pesantren setidaknya memberikan gambaran mengenai 3 paradigma pendidikan tersebut. Tapi ada satu hal yang ingin saya tegaskan lewat tulisan ini. Ada kata-kata bijak yang berkata “Berikan aku pendidik yang profesional maka akan kuciptakan generasi emas dengan strategi/kurikulum terburuk sekalipun.”

Dalam kalimat tersebut menegaskan bahwa meskipun itu adalah kurikulum dan strategi terburuk sekalipun, tetapi jika dibawakan oleh pendidik yang profesional yang mampu memahami peserta didik dan mampu menguasai kelas, maka akan tetap tercipta lulusan yang baik karena guru, ustadz, ustadzah merupakan ujung tombak dari pendidikan.

Sebaliknya meskipun itu adalah strategi dan kurikulum yang secara konsep sempurna akan tetapi dibawakan oleh pendidik yang tidak profesional maka pasti lulusan yang diciptakan akan tidak berkualiats. Itulah mengapa menjadi seorang pendidik sejati merupakan sesuatu yang tidak mudah.

Namun bagaimana menghendaki pendidik yang profesional jika sistem tidak mendukung hal tersebut?!! Jawabannya terus berusaha dan ikhtiar, selalu optimis!

Baca juga : 12 Alasan Anak Millenial Harus Sekolah di Pesantren

Silahkan tulis komentar disini. Terima kasih

Your email address will not be published. Required fields are marked *